Blog kedua saya ini : Ayu Sulastrini for International Architect, saya luncurkan secara perdana bertepatan dengan hari ulang
tahun saya pada tanggal 24 Maret yang ke-36 tahun, dengan ini saya persembahkan
kepada Karib-karibku di seluruh penjuru dunia… :)))
Terimakasih
Tuhan
……….
Hmmm…
Pembahasan perdana yang akan saya ulas adalah mengangkat
mengenai Pemugaran Pura Medana , Tanjung – Lombok Utara.
Ada beberapa alasan Pemugaran Pura Medana , Tanjung ini saya
pilih sebagai ulasan perdana.
Alasan pertama, karena Pemugaran Pura Medana jika dilihat dari segi kacamata Hindu, adalah juga memiliki fungsi
sebagai pura persimpangan para bhatara-bhatari dari segala penjuru mata angin,
karena Pura Medana memiliki sebuah Palinggih
Pasimpangan/Palawangan, Palinggih Bhatara Gunung Agung, dan Palinggih Bhatara
Wisnu yang memungkinkan pamedek umat sedharma dari seluruh penjuru tanah
air dapat melaksanakan upacara persembahyangan di Pura Medana ini. Dengan
adanya rencana Pemugaran Pura Medana kelak diharapkan kelestarian dari keberadaan Medana yang memiliki luas +1 Ha ini semakin kekal. Apalagi setelah
areal Jaba Pura Medana nantinya akan ditata sedemikian rupa baik berupa
penataan lokasi warung-warung, toilet, tempat parkir, dan open theater, diharapkan akan memberikan citra Pura Medana yang semakin
terawat, teratur, asri, megah, sakral, keramat, dan agung. (mohon doa restu)
![]() |
![]() |
Alasan kedua, karena Pemugaran Pura Medana jika dilihat dari segi kacamata nasional, bagi saya dapat dijadikan lambang pengejawantahan dari Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Dimana dalam kawasan Pura Medana terdapat
sebuah makam seorang Bangsawan Suku Sasak bernama Papuk Buling Dana. Sedangkan
di luar kawasan Pura Medana dikelilingi oleh kawasan perhotelan bertaraf
internasional.
Sedikit
pembahasan mengenai keberadaan makam seorang Bangsawan Sasak dalam kawasan
areal Pura Medana, adalah dikisahkan sebuah legenda seorang penguasa kaya raya
Suku Sasak bernama Papuk Buling Dana yang berasal dari Tanjung - Lombok Utara.
Papuk Buling Dana tersohor atas kekuasaan, berbagai macam harta benda, dan
kedermawanan hatinya. Melengkapi kemuliaan yang tak ada habisnya, Papuk Buling
Dana pun dianugerahkan pula seorang puteri yang saleh dan cantik jelita.
Berbagai macam rupa harta benda yang telah dimilikinya, tetap menjadikan Papuk
Buling Dana memiliki sifat seorang raja yang sangat baik dan murah
hati. Kemurahhatian Papuk Buling Dana tersebut tersohor sebagai seseorang yang ‘tidak
pernah menolak’ apapun yang diminta rakyatnya darinya, karena kemurahhatian
tersebutlah maka beliau bernama Papuk Buling Dana.
Dikisahkan
selanjutnya, karena kemurahhatian rajanya itu juga, ironis malah membangkitkan
sifat serakah dan jahil rakyatnya sendiri. Segala harta benda milik sang raja
yang diminta rakyat-rakyatnya tidak pernah satu kalipun ditolak dan selalu diberikan
secara tulus oleh Papuk Buling Dana. Karena segala macam jenis harta benda milik
sang raja dermawan tersebut sudah pernah diminta oleh rakyatnya, maka suatu
hari didorong niat jahat serta sifat serakah dan jahil itu, rakyat-rakyat sang
raja berkomplot membuat sebuah rencana jahat yang bertujuan untuk ‘mencobai’
sifat murah hati rajanya sendiri, yaitu meminta
harta paling berharga sang raja yaitu putri tunggalnya yang cantik jelita . Saat
waktu telah sepakat mereka tetapkan, para rakyat datang menghadap sang raja untuk
menyampaikan keinginan mereka ‘meminta’ putri tunggal kesayangan sang raja.
Walaupun sang raja merasa terpukul mendengar permintaan rakyatnya yang dianggapnya
keterlaluan, namun Papuk Buling Dana tetap mengabulkan juga apapun yang diminta
rakyatnya termasuk memberikan putri tunggalnya tersebut. Setelah berhasil
mendapatkan sang putri raja dengan sangat mudahnya, ternyata membuat hati para
komplotan rakyat jahat ini bertambah kotor dan jahat saja. Awalnya niat jahil
mereka itu kini telah ‘menjelma’ menjadi pikiran kejam dan bengis, mereka
berunding kembali menyusun rencana untuk ‘mencobai’ bagaimana ‘reaksi’ selanjutnya
dari sang raja dermawan tersebut apabila sang putri raja dikembalikan lagi kepada
Papuk Buling Dana dengan dibunuh terlebih dahulu secara sadis.
Lalu setelah
melaksanakan pembunuhan kejinya itu terhadap sang putri, datanglah kembali komplotan
rakyat-rakyat jahat tersebut menghadap sang raja. Mereka kemudian menyerahkan
kembali sang putri raja yang sudah tak bernyawa dalam bentuk tubuh yang sudah
terpotong-potongan kepada Papuk Buling Dana. Seolah tidak cukup sampai disitu ‘niat
jahil mencobai’ rajanya sendiri, komplotan rakyat jahat ini bahkan tanpa memiliki
rasa peri kemanusiaan lagi meminta
sang raja untuk memakan daging dari tubuh putri kesayangannya yang sudah mereka
potong-potong.
![]() |
Makam Putri Papuk Buling Dana |
Sungguh tak
syak dinyana oleh Papuk Buling Dana, rakyat yang sangat dicintainya sepenuh
hati itu sampai hati melakukan perbuatan keji yang tanpa batas kepadanya. Meminta memakan sendiri bangkai
potongan daging putrinya itu tentu saja sudah dianggap penghinaan yang tak ada
ampunannya oleh sang raja. Kesabaran Papuk Buling Dana yang sudah sampai puncaknya
meladeni permintaan-permintaan rakyatnya itu, kini berganti keangkaramurkaanlah
yang menyelimuti kedermawanan hatinya.
Akhirnya Papuk
Buling Dana mengutuk seluruh rakyatnya yang serakah dan bengis itu. Papuk
Buling Dana mengutuk rakyatnya itu hingga sampai 7 turunan, bahwa rakyatnya
akan selalu mengalami penderitaan hidup di dunia yang tak ada habis-habisnya.
Kutukan Papuk Buling Dana atas sifat serakah rakyatnya itu adalah rakyatnya
akan selalu menemukan penderitaan dan kesengsaraan hidup, wabah penyakit, kelaparan,
dan apabila rakyatnya mendapatkan panen maka akan kekurangan air, apabila
mendapatkan air maka rakyatnya itu kekurangan makanan. Sedangkan kutukan Papuk
Buling Dana atas perbuatan rakyatnya membunuh dan memotong-motong putri
salehnya, adalah rakyatnya itu dan 7 keturunannya akan mengalami cacat-cacat
tubuh, buta, tuli, bisu, atau lumpuh.
Setelah
mengutuk kelaliman rakyatnya yang serakah, kemudian Papuk Buling Dana mengutuk juga
seluruh harta kekayaannya yang berlimpah ruah yang dirasakannya telah menjadi sebab
musabab timbulnya sifat nafsu serakah tersebut menjadi batu. Tak satu harta
benda apapun miliknya yang tertinggal dikutuknya menjadi batu; emas permata,
logam-logam dan batu-batu mulia, pasukan gajahnya, hingga ‘pesawat-pesawat’
miliknya di jaman itu. Itulah kenapa dipercaya segala jenis bebatuan yang bertebaran
di kawasan areal pura di larang dibawa keluar pura, barang siapa yang telah mengambil
bebatuan di kawasan areal pura tersebut akan mendapat sakit karena batu-batu yang
bertebaran di kawasan areal pura dipercaya adalah perwujudan dari batu-batu
permata milik Papuk Buling Dana yang
telah beliau kutuk.
Selanjutnya
setelah Papuk Buling Dana menyebarkan kutukannya, beliau langsung mengalami moksa (fenomena tingkat kesucian diri
hingga diakhir kehidupan memiliki kemampuan membebaskan jiwa dan raga menuju
alam surga keabadian tanpa mengalami kematian lahiriah dalam konsep Hindu dan
Budha). Sedangkan makam yang ada sekarang hanyalah sebuah simbol yang dipercaya
sebagai situs peringatan jejak tempat dimana Papuk Buling Dana mengalami moksa.
Saya kembali kepada alasan ketiga saya, karena Pemugaran Pura Medana jika dilihat dari segi kacamata nasional, saya perkirakan pura ini nantinya mampu menjadi pelita cahaya kemajuan perekonomian dan pariwisata di kawasan Lombok Utara khususnya dan cahayanya juga akan menjangkau keseluruh Pulau Lombok pada umumnya. Karena apabila Pura Medana sebagai tempat peribadatan ini dipugar dan ditata tentunya akan membawa energi positif yang sangat kuat bagi umat dan lingkungan sekitarnya, baik berupa rejeki, kesehatan, keselamatan, kebahagiaan, maupun kesejahteraan.
![]() |
Makam Papuk Buling Dana dan Putrinya yang kondisinya memang kurang terawat |
Saya kembali kepada alasan ketiga saya, karena Pemugaran Pura Medana jika dilihat dari segi kacamata nasional, saya perkirakan pura ini nantinya mampu menjadi pelita cahaya kemajuan perekonomian dan pariwisata di kawasan Lombok Utara khususnya dan cahayanya juga akan menjangkau keseluruh Pulau Lombok pada umumnya. Karena apabila Pura Medana sebagai tempat peribadatan ini dipugar dan ditata tentunya akan membawa energi positif yang sangat kuat bagi umat dan lingkungan sekitarnya, baik berupa rejeki, kesehatan, keselamatan, kebahagiaan, maupun kesejahteraan.
Contohnya : jika pamedek umat sedharma dari seluruh penjuru
tanah air ikut menjadikan Pura Medana menjadi pura sungsungan bersama (dengan
adanya Palinggih Pasimpangan/Palawangan,
Palinggih Bhatara Gunung Agung, dan Palinggih Bhatara Wisnu), sehingga
pamedek umat sedharma yang berdatangan dari seluruh penjuru tanah air tersebut
nantinya akan dapat meningkatkan pemasukan ekonomi para penduduk setempat yang
beragama muslim.
Atau jika Pemugaran Pura Medana sukses diwujudkan, yang
kemudian didukung oleh pelaksanaan sakral upakara-upakara besar keagamaan dan panorama
eksotis tepi pantai Pura Medana yang berada di atas sebuah tebing berbatu karang,
akan mampu menjadi daya tarik situs pariwisata tersendiri. Sehingga akan
membuka kesempatan yang lebih luas lagi untuk mewujudkan Lombok Utara sebagai
kawasan pariwisata di tingkat internasional, akan membuka lapangan kerja bagi
Suku Sasak sebagai penduduk lokal, ataupun membuka kesempatan mendatangakan
para penanam modal dari suku-suku
lainnya, baik dari Suku Chinese, Japanese, Korean, Arabian, ataupun Western
untuk mengembangkan usaha yang bergerak di bidang bisnis penginapan dan
perhotelan. Mengapa tidak, toh gerbang masuk Pura Medana telah menjadi satu dengan gerbang masuk The Oberoi Hotel - Lombok (saya masih berharap suatu saat Hotel Oberoi Lombok mau terketuk pintu hatinya merelakan sekitar 4 meter lagi menyumbangkan tanah hotelnya tersebut untuk bisa melebarkan jalan masuk kendaraan / mobil menuju Pura Medana, sehingga bisa dilalui untuk 2 arah mobil umat, Astungkara).
Sebuah visi pribadi saya
yang sangat plural, bukan? ^_^
Setelah mengurai alasan-alasan saya mengangkat Pemugaran Pura Medana secara panjang lebar sebagai pembahasan perdana saya di blog kedua saya
ini, jadi bagaimanakah hubungannya diri saya pribadi dengan Pura Medana ini???
Baiklah,
selanjutnya saya akan sedikit menguraikan sejarah Pura Medana. Pura Medana yang
juga bernama Pura Pangsung atau disebut juga Pura Medana terletak di Kabupaten
Tanjung – Lombok Utara, ditemukan oleh Bhatara Leluhur Pasikian Karang Jero yaitu
I Gusti Ketut Kebon melalui ‘pawisik’ pada tahun 1824. Sejak saat itu seluruh
keturunan I Gusti Ketut Kebon termasuk diri saya menjadi pangemong (pengurus)
Pura Medana. Lalu bagaimana hubungannya dengan keberadaan makam Papuk Buling
Dana?? Melalui ‘pawisik’ pulalah keturunan I Gusti Ketut Kebon juga dipercaya menjadi
pangemong (pengurus) makam Papuk Buling Dana tersebut, dengan keberadaan makam Papuk
Buling Dana di dalam kawasan areal Pura Medana, telah membentuk ‘jejak’ dimana
sejarah Papuk Buling Dana merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dengan sejarah Pura Medana. Oleh karena itulah saya juga mengikutsertakan
kisah legenda Papuk Buling Dana pada tulisan blog ini. Kedua sejarah yang
berlainan adat dan budaya inilah yang saya maksud sebagai lambang pengejawantahan dari Pancasila
dan Bhinneka Tunggal Ika, yang saya
harapkan dapat dijauhkan dari kesalahpahaman, dapat memperkuat keharmonisan antar suku, adat, dan budaya yang
berbeda demi kelestarian Pura Medana serta kesejahteraan masyarakat Tanjung - Lombok
Utara pada khususnya maupun masyarakat seantero Pulau Lombok pada umumnya. Astungkara... ^_^
Hmmm…
Namun melihat keadaan Pura Medana yang terbelengkalai dan
bahkan memang hampir belum pernah mendapat sentuhan perbaikan sejak awal Pura Medana didirikan dengan ala kadarnya ini oleh para leluhur ratusan tahun yang
lalu, maka dalam kesempatan penulisan blog ini pula, saya sekaligus memohon
bantuan dan kesediannya kepada para pamedek umat sedharma dari seluruh penjuru
tanah air, untuk turut serta memberikan haturan berupa dana punia bagi keberlangsungan rencana Penataan dan Pemugaran Pura Medana, Tanjung – Lombok Utara. Silahkan menghubungi saya melalui twitter saya: @IGANSulastrini
Matur Suksma.
Hmmm…
Bertepatan dengan peluncuran perdana blog kedua saya ini, saya juga
tidak lupa mengucapkan turut berduka cita atas wafatnya mantan Perdana Menteri
Singapura Lee Kuan Yew, seorang Bapak Bangsa yang mengagumkan, kontroversial,
dan kharismatik yang telah berjasa besar mendirikan dan memajukan Negara
Singapura.
Semoga cahaya dalam
diri saya juga mampu secara luar biasa melakukan hal yang sama seperti Mr. Lee
Kuan Yew, mampu membawa suatu wilayah atau Negara Indonesia ini pada umumnya,
yang akan saya rintis, saya berikan segenap curahan buah pemikiran, energi, dan
juga berbagai macam ilmu pengetahuan (dimanapun saya berada) sehingga nantinya
berubah menjadi sebuah wilayah/Negara yang multirasial, maju, makmur, dan
sejahtera… AMIN AMIN AMIN
Dari Tanjung Menuju
Seluruh Penjuru Dunia
God Bless :)))